Surabaya – Program beasiswa yang digagas oleh Gubernur Jawa Timur (Jatim) Khofifah Indar Parawansa dinilai sebagai manifestasi nyata dari kepedulian seorang pemimpin yang prorakyat kecil dan memprioritaskan pendidikan. Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya, sebagai salah satu perguruan tinggi terkemuka di Jawa Timur, melihat upaya Khofifah dalam menyalurkan beasiswa ini sebagai langkah konkret dalam mewujudkan kesetaraan akses terhadap pendidikan berkualitas.

Gubernur Khofifah Indar Parawansa secara konsisten menunjukkan komitmennya dalam mendukung pendidikan inklusif dan berkeadilan bagi seluruh warga, khususnya mereka yang berasal dari keluarga kurang mampu. Program Beasiswa Khofifah secara aktif dan berkelanjutan disalurkan untuk menjangkau lebih banyak anak muda berprestasi namun memiliki keterbatasan ekonomi.

Untuk tahun 2025 saja, Khofifah kembali menyalurkan beasiswa kepada total 1.190 mahasiswa. Jumlah ini mencakup penerima beasiswa di berbagai jenjang pendidikan tinggi. Rinciannya terdiri dari 518 penerima beasiswa untuk jenjang Strata 1 (S1), 225 penerima untuk jenjang Strata 2 (S2), 40 penerima untuk jenjang Strata 3 (S3), 380 penerima untuk program M1, dan 30 penerima beasiswa khusus untuk studi S2 di Universitas Al Azhar, Kairo, Mesir.

Program beasiswa ini secara khusus menargetkan siswa dan mahasiswa yang berasal dari kalangan tidak mampu, termasuk anak-anak para buruh dan pekerja. Khofifah meyakini bahwa pendidikan adalah kunci utama untuk memutus mata rantai kemiskinan dan meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Dengan memberikan akses pendidikan yang merata dan berkualitas, generasi muda dari latar belakang ekonomi terbatas pun memiliki kesempatan yang sama untuk mengembangkan potensi mereka dan meraih masa depan yang lebih baik.

ITS Surabaya, sebagai salah satu institusi pendidikan tinggi yang sering menjadi tujuan studi bagi penerima beasiswa dari Pemerintah Provinsi Jatim, mengapresiasi sinergi yang terjalin dengan Pemprov Jatim di bawah kepemimpinan Khofifah. Dukungan beasiswa ini membantu ITS dalam menjaring mahasiswa berprestasi dari berbagai latar belakang ekonomi, sejalan dengan semangat kampus dalam mencetak sumber daya manusia unggul yang mampu bersaing di tingkat nasional hingga global.

Selain beasiswa, Khofifah juga menunjukkan perhatiannya terhadap mahasiswa ITS asal Jawa Timur yang lolos melalui jalur Kartu Indonesia Pintar (KIP) Kuliah. Sebagai bentuk dukungan tambahan, Pemprov Jatim berkomitmen untuk menyiapkan fasilitas asrama bagi para mahasiswa ITS penerima KIP Kuliah yang berasal dari berbagai daerah di Jatim. Dukungan ini diharapkan dapat membantu mahasiswa fokus pada studi mereka tanpa terkendala masalah akomodasi.

Upaya Khofifah dalam mendukung pendidikan tidak hanya melalui beasiswa dan fasilitas, tetapi juga mencakup perbaikan infrastruktur pendidikan di berbagai jenjang, mulai dari pembangunan dan rehabilitasi sekolah dasar, menengah, hingga sekolah luar biasa. Fokus pada peningkatan kualitas dan akses pendidikan, terutama bagi calon peserta didik dari keluarga kurang mampu, anak-anak buruh dan pekerja, menjadi prioritas dalam kebijakan pendidikan Pemprov Jatim.

Program beasiswa Khofifah ini tidak hanya dilihat sebagai bantuan finansial semata, tetapi juga sebagai bentuk motivasi dan harapan bagi anak-anak muda berprestasi dari kalangan tidak mampu untuk terus mengejar cita-cita mereka di bangku pendidikan tinggi. Keberlanjutan program ini menunjukkan komitmen jangka panjang Khofifah dalam membangun sumber daya manusia unggul di Jawa Timur yang dapat berkontribusi pada kemajuan daerah dan nasional.

Melalui program beasiswa dan berbagai inisiatif pendidikan lainnya, Khofifah Indar Parawansa dinilai telah memberikan wujud nyata kepeduliannya sebagai pemimpin yang pro-pendidikan dan prorakyat kecil. Sinergi antara pemerintah provinsi, perguruan tinggi, dan berbagai pihak lainnya diharapkan dapat terus diperkuat untuk menciptakan ekosistem pendidikan yang lebih inklusif dan berkeadilan, memastikan bahwa tidak ada anak berprestasi yang putus sekolah hanya karena keterbatasan biaya.